HARAMAINNEWS -Ahmad dan Wati adalah pasangan suami istri yang hidup sederhana di sebuah desa kecil. Sehari-hari, Ahmad bekerja sebagai buruh tani, sementara Wati membantu ekonomi keluarga dengan berjualan makanan kecil di pasar. Meskipun hidup dalam keterbatasan, mereka selalu mengajarkan kelima anak mereka untuk selalu berbakti, jujur, dan tidak melupakan kewajiban agama.
Kelima anak mereka—Rizal, Hadi, Nisa, Aulia, dan Farhan—tumbuh dengan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh orangtua mereka. Setelah dewasa dan memiliki pekerjaan masing-masing, mereka sadar bahwa salah satu impian terbesar orangtua mereka adalah menunaikan ibadah haji. Namun, Ahmad dan Wati selalu merasa hal itu mustahil karena keterbatasan ekonomi.
Menyisihkan Gaji Demi Impian Orangtua
Tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya, kelima anak mereka bersepakat untuk menyisihkan sebagian gaji mereka setiap bulan agar bisa mengumpulkan biaya haji untuk Ahmad dan Wati. Meskipun gaji mereka tidak besar, mereka tetap berkomitmen untuk menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka. Mereka rela mengurangi pengeluaran pribadi dan menunda beberapa keinginan demi melihat kedua orangtua mereka bisa menginjakkan kaki di Tanah Suci.
Setelah bertahun-tahun menabung, akhirnya mereka berhasil mengumpulkan biaya yang cukup untuk memberangkatkan Ahmad dan Wati ke tanah suci melalui program Haji Plus agar mereka tidak perlu menunggu lama. Saat kabar ini disampaikan, Ahmad dan Wati tidak bisa membendung air mata haru mereka. Mereka tak menyangka anak-anak mereka begitu peduli dan rela berkorban demi kebahagiaan mereka.
Perjalanan Ke Tanah Suci
Keberangkatan Ahmad dan Wati ke Tanah Suci menjadi momen yang sangat mengharukan. Dari bandara, kelima anak mereka melepas keberangkatan dengan penuh haru. Ahmad yang selama ini dikenal sebagai sosok yang tegar, tak kuasa menahan tangisnya saat mencium tangan anak-anaknya.
Setibanya di Tanah Suci, Ahmad dan Wati merasakan kedamaian yang luar biasa. Mereka bersyukur bisa beribadah di Masjidil Haram, mencium Hajar Aswad, dan melaksanakan rangkaian ibadah haji. Setiap kali melaksanakan tawaf, mereka selalu teringat akan anak-anak mereka yang telah mewujudkan impian mereka. Doa-doa pun tak henti dipanjatkan, memohon agar Allah membalas kebaikan anak-anak mereka dengan limpahan berkah.
Momen Paling Mengharukan
Salah satu momen paling mengharukan terjadi saat wukuf di Arafah. Di bawah terik matahari, Ahmad dan Wati berdoa dengan penuh khusyuk. Mereka menangis tersedu-sedu, bersyukur atas nikmat yang mereka terima. Wati berulang kali mengusap air matanya, merasa begitu dicintai oleh anak-anaknya.
Saat tiba di Mina untuk melaksanakan lempar jumrah, Ahmad teringat bagaimana anak-anaknya dulu sering menggenggam tangannya saat kecil. Kini, mereka telah tumbuh dewasa dan menjadi anak-anak yang berbakti.
Saat kembali ke Mekkah untuk thawaf wada’, Ahmad dan Wati berpegangan tangan, merasakan betapa luar biasa pengalaman ini. Mereka berjanji akan selalu mendoakan anak-anak mereka agar hidup bahagia dan selalu dalam lindungan Allah.
Kepulangan Penuh Syukur
Ketika tiba kembali di tanah air, Ahmad dan Wati disambut dengan pelukan hangat dari anak-anak mereka. Kebahagiaan terpancar di wajah mereka. Wati tak berhenti mengucapkan syukur, sementara Ahmad terus memeluk anak-anaknya dengan erat.
Di malam harinya, keluarga mereka berkumpul dalam suasana penuh kehangatan. Ahmad dan Wati menceritakan pengalaman mereka di Tanah Suci, bagaimana mereka merasakan ketenangan luar biasa, dan bagaimana doa mereka selalu dipanjatkan untuk anak-anak mereka. Rizal, Hadi, Nisa, Aulia, dan Farhan hanya bisa tersenyum bahagia, merasa bahwa pengorbanan mereka telah terbayar lunas dengan kebahagiaan orangtua mereka.
Sebuah Teladan Berbakti kepada Orangtua
Kisah lima anak berbakti ini menjadi contoh nyata bahwa kebahagiaan orangtua adalah tanggung jawab seorang anak. Menunaikan haji bagi orangtua bukan hanya bentuk bakti, tetapi juga cara menunjukkan rasa syukur atas segala yang telah mereka lakukan.
Semoga kisah ini menginspirasi kita semua untuk selalu berusaha membahagiakan orangtua, sekecil apa pun yang bisa kita lakukan. Karena ridha Allah terletak pada ridha orangtua, dan doa mereka adalah kunci keberkahan hidup kita. Amin.